“o |
kesobat eight mania, itu tadi curahan hati dari Lisa..hmm, sabar aja ya punya cowok dengan sifat keras kepala gitu..aku pamit dulu dari telinga kalian ya,habis ini giliran Dina Atmaja yang akan menemani telinga kalian..keep spirit and never give up for whatever reason, one again, it could still believe in true love..See you next week”
Namanya Gisella Putri Winata, orang-orang yang kenal dia memanggilnya Gee. Penyiar, profesi yang paling ia cintai sejak duduk di bangku kelas 2 SMA sampai sekarang. Cowok di sebelah Gee ini namanya Afri, cowok yang juga paling ia cintai, mereka kuliah di kampus yang sama dan fakultas yang sama.
“Sayang, udah nyampek” suara halus dan belaian Afri membangunkan tidur Gee. Gee ketiduran di mobil gara-gara kecapekan siaran.
“Oh, udah ya..ya udah aku masuk dulu ya..sayang, gak ikut masuk ?”
“Nggak sayang, aku udah di tunggu Dimas di kost-an”
“Oh ya udah deh, hati-hati ya.”
“Iya sayang, ” Afri mengecup kening Gee sebagai ganti ucapan ‘sampai jumpa’

Pagi ini Gee terlihat sangat malas untuk bangun pagi. Entah kenapa, mungkin karena semalem lembur siaran. Pengen banget rasanya tidur lagi, tapi kuliah pagi ini memaksanya bangun dan memulai aktifitas.
Setelah mandi, Gee bersiap-siap berangkat ke kampus.
Tiinn..Tiinn. Suara klakson milik mobil Afri memanggil Gee untuk segera turun dari kamar.
“Ma, Gee berangkat dulu ya”
“Nggak sarapan dulu, sayang ?”
“Nggak, ma. Gee udah di tunggu Afri di luar. Gee berangkat” pamitnya sambil berteriak supaya suaranya yang dari luar terdengar oleh mamanya.
“Hati-hati” Gee menanggapi dengan acungan jempolnya.
Sesampainya di kampus, Sasti-sahabat Gee langsung menghempaskan diri ke pelukan Gee, lalu menangis.
“Loh ? Lo kenapa, Sas ?”
Tanpa respon, Sasti terus menangis di pelukan Gee.
“Oke, nangis aja dulu sampai beban lo berkurang. Ntar baru cerita” Gee mengelus rambut panjang sahabatnya itu. Gee memberi isyarat kepada Afrie supaya dia pergi duluan ke kelas.
Sasti mulai melepas pelukannya. Masih menangis, ia mencoba menceritakan masalahnya kepada Gee.
“Gue nggak sengaja liat Rio nyium cewek di Café Melody” Sasti bercerita sambil terisak.
“Trus lo samperin ?”
“Nggak sempet, Gee. Gue lagi sama nyokap dan nggak enak kalo ribut di depan nyokap”
“Ya udah. Lo tenangin diri lo dulu, baru minta penjelasan sama Rio, karena masalah nggak bakal selesai kalo lo nya masih shock. Sabar dulu ya, Sas. Semua masalah ada jalan keluarnya kok”
“Trus kalo gue ketemu Rio, gue harus gimana ?”
“Lo bersikap seolah nggak terjadi apa-apa”
“Tapi bakal bikin sakit hati, Gee”
“Yah, kalo lo udah siap. Lo ngomong baik-baik ke dia. Minta penjelasan ke dia. Rio hari ini nggak ada kelas kan ?”
“Nggak ada, Gee. Makasih ya, Gee”
“Sama-sama. Udah ah nangisnya, jadi jelek tuh mukanya”
“Haha, dasar lo”
“Nah, gitu dong. Kelas yuk”
![]() |
“Tadi pagi Sasti kenapa ?” Afri yang penasaran sama tingkah Sasti tadi pagi, mulai menanyakan ke Gee.
“Dia liat Rio ciuman sama cewek lain.”
“Hah ? Wah sakit tuh anak”
“Iya tuh, bener-bener nggak bersyukur dia punya pacar sebaik dan secantik Sasti”
“He.em”
“Aku jadi punya ide buat siaran minggu depan deh”
“Apa sayang ?
“Kesetiaan”
“Trus kamu risetnya gimana ? Kalo interview tentang perselingkuhan itu hal yang sensitive lho sayang ”
“Iya, aku tau. Tapi apa aja bisa terjadi dalam waktu 6 hari kan ?”
“Pinter juga kamu, sayang” puji Afri sambil mengacak-acak rambut Gee yang sudah rapi.
“Arrgghh, jadi berantakan rambut gue. Awas lo ntar !”
“Hahahaha” Afri menjulurkan lidah setelah berhasil menyelamatkan diri dari pukulan Gee.
“Heh jelek, tungguin aku dong !”
“Nggak, takut di pukul”
“Nggak kok. Nggak bakalan dipukul”
Afri pun percaya dan menyerah. Dia menunggu di depan mobilnya.
“Jadi berantakan kan. Habis ini kan aku ada pemotretan”
“Hahaha nanti kan bisa di rapiin di sana, sayang.”
“Huuuu, tapi kan nggak enak diliatnya kalo berantakan.”
“Siapa bilang ? Kamu tetep cantik kok”
“Gombal basi”
“Diangetin lagi dong kalo basi hahahaha”
“Garing ah. Aku ngambek pokoknya”
“Kalo ngambek berarti minta di cium tuh ?”
Gee menjulurkan lidahnya sambil turun dari mobil ketika Afri bersiap-siap menciumnya. “Kamu pulang aja, aku sampe ntar jam 9”
“Oh, okedeh. Nggak dicium nih ?”
“Nggak. Bye, hati-hati”
Sesampainya di studio foto, Gee bertemu dengan fotografer barunya.
“Gisella ya ?” sapa fotografer baru itu mencoba memastikan sambil mengulurkan tangan.
“Iya, panggil Gee aja”
“Oh, oke. Gue Dion”
“Gue ke ruang make-up dulu ya,”
“Oke, yang cantik ya”
“Haha sip”
Setelah selesai ganti baju dan merias diri. Gee keluar mengenakan gaun berwarna ungu gelap dengan rambut ikalnya dan make yang minimalis . Terlihat sangat cantik dan anggun.
2 jam berlalu, pemotretan pun selesai. Handphone Gee berdering. Dia melihat nama ‘My Afri’ di layar handphone nya.
“Sayang, maaf aku nggak bisa jemput. Lagi ngejar deadline. Kamu naik taksi nggak papa kan ?” kata Afrie dari seberang.
“Oh, iya. Nggak papa. Bisa kok”
“Hati-hati ya”
“Iya,” Gee menekan tombol reject.
“Kenapa Gee ?” Tanya Dion kemudian.
“Nggak ada yang jemput”
“Oh, bareng gue aja”
“Nggak ngerepotin ?”
“Nggak, santai aja kali.”
Gee dan Dion berjalan keluar studio, menuju ke tempat parkiran.
“Gue mendadak laper nih. Makan dulu yuk.” Tawar Dion.
“Oh, iya deh”
Sesampainya di café, Dion langsung memilih tempat duduk lalu memanggil pelayan café untuk memesan makanan.
“Sirloin steak nya satu ya” pesan Dion kepada pelayan.
“iya, apalagi ?”
“Pesen apa, Gee?”
“Emp, gue pesen jus alpukat aja deh”
“Nggak makan ?”
“Nggak, udah kenyang”
“Yaudah, tambah jus alpukat dua”
Setelah pesanan mereka datang, Dion menanyakan lagi kepada Gee.
“Serius, nggak mau pesen makan ?”
“Nggak. Gue udah kenyang”
“Tapi cobain dulu deh. Ini enak lho,” Dion memotong steak nya, lalu menyuapkan ke Gee, Gee terlihat salah tingkah dengan perlakuan Dion terhadapnya. “Enak kan ?”
“Iya.” Jawab Gee, masih salah tingkah
“Mau gue pesenin ?”
“Nggak.”
![]() |
Gee menghampiri Sasti yang terlihat murung di taman kampus, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kemarin. Dia tidak percaya karena Rio sering memperlakukannya dengan baik dan penuh janji-janji yang begitu manis didengar dan dirasa. Dia masih tidak percaya bahwa setianya dibalas dengan penghianatan dari kekasihnya sendiri. Dia begitu menyayangi Rio.
“Hey,.” Sapa Gee yang langsung mengambil posisi duduk di sebelah Sasti.
“Maaf, Gee. Gue lagi pengen sendiri.” Respon Sasti tanpa menengok ke arah Gee. Tatapannya terlihat kosong. Dia belum bisa menerima kenyataan yang menimpanya.
“Oh, oke deh. Baik-baik ya, Sas” Gee menuruti kemauan Sasti, ia akhirnya beranjak dari tempat duduknya dengan rasa tidak rela untuk meninggalkan sahabatnya yang masih dalam kondisi shock.
“Iya, tenang aja. Gue nggak papa. Tuh lo udah ditunggu sama Afri”
“Iya deh, bye” dengan perasaan masih ragu, Gee meninggalkan Sasti sendiri dan menghampiri Afri yang sudah menunggunya.
“Sasti gimana, sayang ?” Tanya Afri, ketika Gee sudah berada di hadapannya
“Dia nggak mau diganggu. Aku kasian sama dia.”
“Ya udah. Biarin dia sendiri, dia butuh waktu untuk mengembalikan kondisinya seperti semula.”
Gee hanya mengangguk setelah mendengarkan pernyataan Afri.
“Oiya, gimana riset kamu ?” Tanya Afri mengganti topik pembicaraan.
“Ada satu orang yang jadi bahan penelitianku. Dia fotografer baru.”
“Gimana bisa tau kalo dia selingkuh ?”
“Receptionist studio yang bilang”
“Kamu yakin kalo dia nggak setia ?”
“Kalo denger ceritanya sih yakin aja.”
![]() |
Sesaat setelah selesai pemotretan, Gee terlihat diantar menuju pintu depan oleh Dion. Ketika itu juga, Afri melihatnya.
“Mau dianterin sampe rumah ?” tawar Dion pada Gee
“Nggak usah..gue udah dijemput” tolak Gee sambil menunjukkan kearah mobil Afri
“Cowoknya ?”
“Mmm bukan, dia temen kampus..udah ya ”
Setelah berpamitan dengan Dion, Gee langsung masuk ke mobil Afri dengan sedikit senyum yang ditujukan kepada Dion.
“Dia bahan riset kamu ?” Tanya Afri kepada Gee setelah Gee masuk kedalam mobil
“Hah ? Mmm bukan kok, dia temen aku”
“Yakin ?” Tanya Afri sekali lagi
“Kamu kenapa jadi lebih bawel dari aku sih ?”
“Hahaha iya deh, aku percaya”

Saat Gee sedang menulis artikel untuk bahan siarannya lusa malam, sambil bertanya-tanya kenapa tadi siang gue harus bohong ? Perasaan bingung dan rasa bersalah bercampur jadi satu di pikiran dan hatinya hingga tiba-tiba suara seorang laki-laki yang sedang memanggilnya dari luar kamarnya terdengar oleh telinganya. Gee langsung beranjak dari kursi, kemudian membukakan pintu untuk laki-laki itu yang ternyata adalah Afri.
“Hey sayang, tumben kamu dateng malem-malem gini ?” sapa Gee
“ Iya, aku cuma mau kasih tau kalo besok aku mau ke Bogor sama Dimas.”
“Jam berapa ?”
“Mungkin sekitar jam 7 malem”
“Kok malem ? Nggak capek ?”
“Dimas bisanya malem, yah mau gimana lagi sayang”
“Oh iya deh, hati-hati ya besok. Maaf nggak bisa nganterin, soalnya ada jadwal pemotretan”
“Iya, nggak papa kok. Ya udah aku pulang dulu ya ” Afri berpamitan pulang sambil mengecup kening Gee yang disambut dengan senyuman manis dari Gee
“Iya, ”
Seperginya Afri dari kamarnya, ia melanjutkan kembali membuat artikelnya masih dengan perasaan yang campur aduk hingga larut malam dan akhirnya dia pun tertidur di meja kerjanya.
![]() |
Malam hari saat seharusnya Afri sudah mulai berangkat menuju Bogor, Afri pergi kerumah Gee pada saat hujan.
“Tante, Gee ada ?”Tanya Afri setelah di bukakan pintu oleh ibunya Gee
“Masih di studio. Loh ? Katanya mau ke Bogor ?”
“Nggak jadi, Tante. Dimas nggak dibolehin sama ceweknya soalnya ada yang bilang kalo malem ini mau ada badai”
“Oh gitu ya ? Wah, biasanya jam segini Gee udah pulang, tapi kok masih belum pulang juga ya ?”
“Ya udah tante, aku pamit dulu aja. Biar aku aja yang kasih tau kalo aku nggak jadi ke Bogor”
“Nggak minum dulu ?”
“Nggak tante”
“Ya udah, hati-hati ya ”
“Iya tante”
Sementara itu Gee dan Dion sedang bercakap-cakap saat dalam perjalanan….
Dion mencoba menyentuh tangan Gee, Gee pun merasa heran dengan tingkah Dion.
“Gee, gue…”
“Sorry, gue mau kasih tau lo sesuatu. Ini lebih penting” belum sempat Dion melanjutkan kata-katanya, Gee menyela.
“Apa ?” Tanya Dion penasaran sambil mengurungkan niatnya untuk menyentuh tangan Gee.
“Sebenernya yang kemaren jemput gue itu cowok gue dan sebenernya selama ini, lo tuh jadi bahan riset buat jadi pembicaraan di siaran gue”
“Kenapa lo bohong ?”
“Entahlah, gue juga nggak tau”
“Ya udah, gue seneng bisa kenal sama lo” ungkap Dion di depan rumah Gee tetapi masih di dalam mobil setelah belum lama juga Afri meninggalkan rumah Gee.
“Gue juga. Maaf ya”
“Lo nggak salah kok. Mmm, can I kiss you for our last meet ?”
Gee merasa bingung setelah mendengar kata-kata Dion barusan. Dengan ragu-ragu akhirnya Gee pun mengangguk tanda setuju. Dan akhirnya mereka pun berciuman untuk waktu yang tak lama di dalam mobil.
“Gue masuk dulu ya, bye”
“Bye,”
![]() |
Akhirnya tiba waktunya Gee mengungkapkan hasil risetnya selama 6 hari. Gee sudah duduk didepan layar monitor komputer dengan menggunakan headphone.
“Selamat malam sobat eight mania. Ketemu lagi nih sama gue, Gee Winata yang bakalan nemenin telinga sobat semua dengan tema malam ini yaitu kesetiaan. Ngomong-ngomong soal kesetiaan pasti ada kaitannya juga sama perselingkuhan, bener nggak tuh ? Banyak tuh ya, cowok maupun cewek jaman sekarang yang udah jago banget ‘main serong’ dengan berbagai macam alasan. Ada yang karena jenuh sama pasangannya, balas dendam gara-gara pasangannya selingkuh duluan, dan masih banyak lagi. Nah buat kalian yang mau berbagi pengalaman tentang tema kita malam ini, boleh telfon di nomor (021) 888123”
Setelah mendengarkan cerita dari penelfon pertama. Ada lagi penelfon kedua, yang juga ingin bercerita.
“Hallo, siapa ? dimana ?” sapa Gee
“Gue Ari di Kemang”
“Oke, Ari. Ceritanya gimana nih ?”
“Gue punya cewek, dia punya misi buat 6 hari. Dia harus riset buat tema yang sangat sensitif. Gue ragu sama tema yang dia ambil, dan cara dia ngelakuin risetnya. Tapi dia ngeyakinin gue kalo apa aja bisa terjadi dalam waktu 6 hari”
Gee merasa kalau ceritanya sangat persis dengan yang dia alami, tapi dia coba buat positive thinking.
“Iya. Terus ?”
“Dia punya side job sebagai model. Waktu itu dia ada jadwal photo session buat majalah dan pastinya fotografer yang baru juga. Dia denger cerita dari temennya itu kalo fotografer barunya itu tukang selingkuh dan akhirnya jadi bahan risetnya. Waktu gue jemput cewek gue, dia dianter kedepan pintu sama seorang cowok yang menurut firasat gue cowok itu adalah fotografernya, tapi cewek gue nggak ngaku sampai akhirnya gue yang harusnya pergi ke Bogor nggak jadi gara-gara ada isu badai. Ternyata isu itu beneran terjadi. Badai buat gue. ” Afri menceritakan apa yang dia lihat waktu malam kemarin saat Gee dan Dion berciuman di dalam mobil. Ternyata Afri melihat kejadian itu, dia melihat sebuah mobil datang menuju rumah Gee setelah mobilnya pergi. Dia turun dari mobil untuk memastikan apakah itu Gee dan berniat untuk menghampiri mobil tersebut. Tetapi belum sampai niatnya terpenuhi dia melihat kejadian yang tidak di duga olehnya dari belakang mobil. Dia mengenali dua orang yang sedang berciuman di dalam mobil itu, seorang yang mengantarkan Gee ke depan pintu studio dan kekasihnya sendiri-Gee. Hati Afri benar-benar teriris melihat kejadian itu. Hatinya benar-benar terluka.
“Lo udah minta penjelasan sama cewek lo ?” Tanya Gee sambil sedikit terisak karena dia mulai mengetahui jika yang menelefon adalah Afri-kekasihnya. Gee merasa sangat bersalah. Tapi ia tak menunjukkan tangisannya.
“Cewek gue nggak suka kalo gue lebih bawel dari dia”
“Terus lo mau ngelakuin apa ?” Tanya Gee lagi sambil mencoba menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya dengan rasa yang semakin bersalah.
“Mungkin gue harus mengakhiri semuanya,”
“Kenapa lo nggak kasih kesempatan buat cewek lo ?”
“Nggak. Gue udah terlanjur sakit hati dan gue mau pergi buat beberapa saat buat memulihkan hati gue,”
Setelah mendengar kalimat itu diucapkan oleh Afri, Gee langsung melepas headphone nya dan pergi meninggalkan studio siarannya tanpa sepatahkatapun dengan air matanya yang terus mengalir. Pegawai yang berada di studio itupun terlihat bingung dan mencoba menahan Gee namun Gee tetap ingin pergi. Semua pun pasrah dan membiarkan Gee pergi. Gee cepat-cepat menuju ke parkiran dan langsung mengeluarkan mobilnya. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Gee melajukan mobilnya menuju tempat kost Afri. Setelah sampai di tempat kost, Gee turun dari mobil dan menghampiri Dimas yang sudah berdiri di depan kamar kostnya.
“Dim, Afri mana ?” Tanya Gee masih terisak dan terlihat panik.
“Udah pergi daritadi, Gee” jawab Dimas dengan muka iba kepada Gee yang terlihat sangat bersalah.
“Pergi kemana ?”
“Nggak ada seorangpun yang boleh tau keberadaan dia sekarang, termasuk lo. Dia cuma pengen sendiri”
Tanpa mengeluarkan kata-kata apapun lagi, Gee terduduk di lantai dan tangisnya yang semakin menjadi. Dia sangat merasa bersalah, dia harus merelakan seorang lelaki yang begitu ia cintai. Gee menyesal telah menyia-nyiakan seseorang yang begitu baik padanya. Gee membenci penghianat tetapi ia sendiri melakukannya. Teriris beribu pisau, yah mungkin itu gambaran yang sedang ia rasakan. Sangat sakit.
![]() |
2 bulan kemudian
Gee sudah mulai menerima semua yang terjadi pada hubungannya dengan Afri. Kini, Gee dan Afri terlihat jauh dan Gee bisa memahami keadaan ini. Peristiwa 2 bulan lalu ia jadikan pelajaran baginya bahwa sungguh berartinya kesetiaan dalam suatu hubungan. Gee pun mulai membuka hatinya untuk cinta yang baru and could still believe in true love.
-THE END-